Judul Buku: 
Cultures and Organizations: Software of the Mind

Penulis   : Geert Hofstede and Gert Jan Hofstede
Penerbit  : McGraw Hill
Harga     : IDR 210.000
Tebal      : xii + 434 halaman
Ketika saya membaca buku ini, saya teringat dengan pelajaran sejarah Sekolah Dasar yang membahas tokoh Snouck Hurgronje terkait Perang Aceh. Dia adalah penasehat J. B. van Heutsz, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang sedang sibuk dengan Perang Aceh yang berkepanjangan. Sebagai seorang penasehat, Snouck Hurgronje menggunakan pendekatan budaya untuk memenangkan Perang Aceh. Dengan bekal pengetahuan Islam dan bahasa Arab yang fasih, dia dapat mempelajari struktur sosial dan budaya Aceh sehingga pada akhirnya Aceh tunduk kepada pemerintahan Hindia Belanda.
Keluarga Hofstede sebagai penulis buku Cultures and Organizations: Software of the Mind adalah “Snouck Hurgronje” versi abad 21. Mereka adalah sesama kaum akademik berkebangsaan Belanda dan juga sama-sama memiliki ketertarikan mempelajari budaya. Berdasarkan data survei IBM yang selanjutnya Hofstede kembangkan lebih lanjut mencakup 70an negara selama lebih dari 40 tahun, mereka mengelompokkan budaya negara-negara dalam 5 dimensi.
  • Small versus large power distanceyang berkaitan dengan distribusi kekuasaan dalam suatu kelompok. Misalnya, orang harus memanggil “pak” atau “bu” kepada atasan atau orang yang lebih tua menunjukkan large power distance.
  • Individualism versus collectivism. Individualism berarti keterkaitan orang dengan lingkungan sekitarnya lemah dan orang tersebut hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Sebaliknya, collectivism menunjukkan keterkaitan yang kuat antar individu dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, semua orang bertanggung jawab atas kelompok tersebut.
  • Masculinity versus femininity. Budaya maskulin menunjuk pada pandangan yang mengharuskan pria harus tangguh dan wanita harus lemah lembut. Sedangkan, femininity menunjuk pada tidak adanya perbedaan peran antara pria dan wanita. 
  • Weak versus strong uncertainty avoidance yang berkaitan dengan bagaimana orang bertingkah laku terhadap adanya risiko. Strong uncertainty avoidance menunjuk pada perilaku orang yang cenderung menghindari risiko, begitu pula sebaliknya.
  • Long versus short-term-orientation. Long-term-orientation menunjukkan perilaku yang berorientasi pada penghargaan masa depan, sedangkan short-term-orientation hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini serta harapan adanya hasil instan. Negara yang memiliki ranking long-term-orientation paling tinggi adalah Cina. Ini menjelaskan fenomena tingginya tabungan penduduk Cina terhadap GDP.
Sesaat setelah membaca bagian awal buku yang menceritakan sekilas tentang kelima dimensi budaya tersebut, pembaca biasanya akan dibuat penasaran dengan seperti apa hasil survey Negara asalnya. Sekedar contoh, Indonesia memiliki medium power distance index, collectivism tinggi, medium masculinity index, dan medium uncertainty index. Sayangnya, Indonesia belum termasuk dalam survey dimensi long versus short-term-orientation
Dengan melihat hasil survey dimensi budaya oleh Hofstede tersebut, banyak orang akan berpikir bahwa itu bukanlah Indonesia. Benar sekali, hasil tersebut tidak merepresentasikan Indonesia secara umum. Inilah satu kritik hasil survey oleh Hofstede yang sumbernya berdasarkan data survei IBM yang biasanya berlokasi di kota besar, dalam hal ini IBM Indonesia berlokasi di Jakarta. Karyawan IBM Indonesia di Jakarta biasanya berpendidikan sarjana atau lebih yang hanya mewakili kurang lebih 3% dari penduduk Indonesia. Semakin tingginya pendidikan seseorang biasanya membuat turunnya power distance index, collectivism, masculinity index, dan uncertainty index
Saya berpendapat Indonesia seharusnya memiliki power distance index tinggi, collectivism tinggi, masculinity index tinggi, dan uncertainty index tinggi. Untuk dimensi kelima, saya menebak Indonesia memiliki short-term-orientation
Secara keseluruhan, buku ini wajib dibaca bagi seluruh warga negara Indonesia, untuk meningkatkan kemampuan cross cultural management dalam dunia, yang konon pergerakan manusia dari Negara satu ke Negara lainnya makin bebas, sehingga interaksi antar budaya makin intens. Tingkatkan hobi membaca untuk membuka cakrawala pengetahuan dunia dan selamat membaca! 

Resensi buku ini ditulis oleh Kukuh Kurniawan (Wiramuda Cendekia)

4/8/2014 12:32:15 pm

good for reading and materlal studying

Reply
30/7/2022 01:37:04 am

Thanks for nice information

Reply



Leave a Reply.